ULKUS KORNEA
A. Definisi Ulkus Kornea
Keratitis ulseratif yang lebih dikenal
sebagai ulserasi kornea yaitu terdapatnya destruksi (kerusakan) pada bagian
epitel kornea .Ulkus
kornea merupakan hilangnya sebagian permukaan kornea akibat kematian jaringan
kornea yang disebabkan oleh adanya kolagenase yang dibentuk oleh sel epitel
baru dan sel radang, serta ditandai dengan adanya infiltrat supuratif disertai
defek kornea bergaung, dan diskontinuitas jaringan kornea yang dapat terjadi
dari epitel sampai stroma. Nekrosa pada jaringan kornea akibat trauma / radang dapat dipermukaan atau menyusup
ke jaringan yang lebih dalam. (Darling, H Vera, 1995:112)
B. Klasifikasi Ulkus
Kornea
Ulkus kornea dibagi
dalam bentuk :
1. Ulkus kornea
sentral meliputi:
a. Ulkus kornea oleh
bakteri
Bakteri yang
ditemukan pada hasil kultur ulkus dari kornea yang tidak ada faktor pencetusnya
(kornea yang sebelumnya betul-betul sehat) adalah :Streptococcus pneumonia, Streptococcus alfa hemolitik, Pseudomonas aeroginosa,
Klebaiella Pneuumonia, Spesies Moraksella.
Sedangkan dari
ulkus kornea yang ada faktor pencetusnya adalah bakteri patogen opportunistik
yang biasa ditemukan di kelopak mata, kulit, periokular, sakus konjungtiva,
atau rongga hidung yang pada keadaan sistem barier kornea normal tidak
menimbulkan infeksi. Bakteri pada kelompok ini adalah Stafilococcus epidermidis, Streptococcus
beta hemolitik, Proteus.
b.
Ulkus kornea oleh virus
Ulkus kornea oleh virus biasanya disebabkna oleh virus Herpes simpleks
dan Herpes Zoster.
c. Ulkus kornea oleh jamur
d. Ulkus kornea Achantamoeba
2. Ulkus kornea perifer, meliputi:
a.
Ulkus Marginal
Ulkus marginal adalah peradangan
kornea bagian perifer dapat berbentuk bulat atau dapat juga rektangular
(segiempat) dapat satu atau banyak dan terdapat daerah kornea yang sehat dengan
limbus. Ulkus marginal dapat ditemukan pada orang tua dan sering
dihubungkan dengan penyakit rematik atau debilitas. Dapat juga terjadi bersama-sama
dengan radang konjungtiva yang disebabkan oleh Moraxella, basil Koch Weeks dan Proteus
Vulgaris.
b.
Ulkus cincin
Merupakan ulkus kornea perifer yang
dapat mengenai seluruh lingkaran kornea, bersifat destruktif dan biasaya
mengenai satu mata. Penyebabnya adalah reaksi alergi dan ditemukan bersama-sama
penyakit disentri basile, influenza berat dan
penyakit imunologik. Penyakit ini bersifat rekuren.
c.
Ulkus Mooren
Merupakan ulkus kronik yang biasanya
mulai dari bagian perifer kornea berjalan progresif ke arah sentral tanpa adaya
kecenderungan untuk perforasi.Gambaran khasnya yaitu terdapat tepi tukak
bergaung dengan bagian sentral tanpa adanya kelainan dalam waktu yang agak
lama.Tukak ini berhenti jika seluuh permukaan kornea terkena. (Sidarta,Ilyas,
1998 : 157)
C. Etiologi
Penyebab
dari ulkus kornea dapat dibedakan menjadi 2 yaitu
1. Infeksi
a. Bakteri : kuman
yang murni dapat menyebabkan ulkus kornea adalah Streptokok pneumoniae, sedangkan bakteri lain menimbulkan ulkus
kornea melalui faktor-faktor pencetus diatas.
b. Virus : Herpes Simplek, Zooster, Vaksinia, Variola
c. Jamur : golongan kandida, fusarium, aspergilus, sefalosporium.
2. Non
Infeksi
a. Faktor
Internal
· Kelainan pada bulu
mata (trikiasis) dan sistem air mata (insufisiensi air mata, sumbatan saluran
lakrimal).
· Kelainan-kelainan
kornea yang disebabkan oleh : oedema kornea kronik, exposure-keratitis (pada
lagophtalmus, bius umum, koma), keratitis karena defisiensi vitamin A,
keratitis neuroparalitik, keratitis superfisialis virus.
b. Faktor
Ekternal
· Luka pada kornea
(erosi kornea) karena trauma, penggunaan lensa kontak, luka bakar pada daerah
muka.
· Kelainan-kelainan
sistemik; malnutrisi, alkoholisme, sindrom Stevens-Jhonson, sindrom defisiensi
imun, obat-obatan yang menurunkan mekaniseme imun, misalnya : kortikosteroid,
IUD, anestesi lokal dan golongan imunosupresif.
c. Reaksi
Hipersensitivitas
·
Granulomatosa wagener
·
Rheumathoid arthritis
(Sidarta, Ilyas,
1998 : 59)
D. Manifestasi Klinis
Gejala klinis pada ulkus kornea
secara umum menurut (Darling, H Vera (1995)) dapat berupa:
1. Gejala subjektif
a.
Merasa ada benda asing di mata
b.
Pandangan kabur
c.
Silau
d.
Fotophobia
e.
Nyeri
Infiltat yang steril dapat
menimbulkan sedikit nyeri, jika ulkus terdapat pada perifer kornea dan tidak
disertai dengan robekan lapisan epitel kornea.
2. Gejala objektif
a.
Injeksi silier
b.
Hilangnya sebagian kornea dan adanya infiltrate
c.
Hipopion
d.
Eritema pada kelopak mata dan konjungtiva.
e.
Sekret mukopurulen
f.
Mata Berair
g.
Bintik-bintik pada kornea sesuai lokasi ulkus.
E.
Patofisiologi
Kornea
merupakan bagian anterior dari mata, yang harus dilalui cahaya, dalam
perjalanan pembentukan bayangan di retina, karena jernih, sebab susunan sel dan
seratnya tertentu dan tidak ada pembuluh darah. Biasan cahaya terutama
terjadi di permukaan anterior dari kornea.Perubahan dalam bentuk dan kejernihan
kornea, segera mengganggu pembentukan bayangan yang baik di retina. Oleh karenanya kelainan
sekecil apapun di kornea, dapat menimbulkan gangguan penglihatan yang hebat
terutama bila letaknya di daerah pupil.
Kornea merupakan jaringan avaskuler,
sehingga pertahanan pada waktu
peradangan tidak segera datang, seperti pada jaringan lain yang mengandung
banyak vaskularisasi, untuk itu badan
kornea, wandering cell dan sel-sel lain yang terdapat dalam stroma kornea,
segera bekerja sebagai makrofag, baru kemudian disusul dengan dilatasi pembuluh
darah yang terdapat dilimbus dan tampak sebagai injeksi perikornea.
Koloni bakteri patologi pada lapisan
kornea bersifat antigen dan akan melepaskan enzim dan toksin. Hal ini akan
mengaktifkan reaksi antigen antibodi yang mengawali proses inflamasi. Sel-sel
PMN pada kornea akan membentuk infiltrat. PMN berfungsi memfagosit bakteri. Lapisan kolagen stroma dihancurkan oleh bakteri
dan enzim leukosit dan proses degradasi berlanjut meliputi nekrosis dan
penipisan. Karena penipisan lapisan ini, dapat terjadi perforasi menyebabkan
endoftalmitis. Bila kornea telah sembuh, dapat timbul jaringan sikatrik yang
menyebabkan penurunan tajam penglihatan.Terbentuknya ulkus pada kornea mungkin
banyak ditentukan oleh adanya kolagenase yang dibentuk oleh sel epitel baru dan
sel radang.
Kornea
juga mempunyai banyak serabut saraf maka kebanyakan lesi pada kornea baik
superfisial maupun profunda dapat menimbulkan rasa sakit dan fotofobia. Rasa
sakit juga diperberat dengan adanaya gesekan palpebra (terutama palbebra
superior) pada kornea dan menetap sampai sembuh.Kontraksi bersifat progresif,
regresi iris, yang meradang dapat menimbulkan fotofobia, sedangkan iritasi yang
terjadi pada ujung saraf kornea merupakan fenomena reflek yang berhubungan
dengan timbulnya dilatasi pada pembuluh iris. (Sidarta, Ilyas, 1998 : 60)
F.
Pathways Ulkus Kornea
G.
Komplikasi
Komplikasi yang paling sering timbul berupa:
1.
Kebutaan parsial atau komplit dalam waktu
sangat singkat
2.
Kornea perforasi dapat berlanjut menjadi
endoptalmitis dan panopthalmitis
3.
Prolaps iris
4.
Sikatrik kornea
5.
Katarak
6.
Glaukoma sekunder
(Sidarta,
Ilyas, 1998 :63)
H.
Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan
penunjang yang dapat dilakukan pada kasus ulkus kornea adalah sebagai berikut:
1.
Kartu mata/ snellen telebinokuler (tes ketajaman penglihatan
dan sentral penglihatan )
2.
Pengukuran tonografi : mengkaji TIO, normal 15 - 20 mmHg
3.
Pemeriksaan oftalmoskopi
4.
Pemeriksaan Darah lengkap, LED
5.
Pemeriksaan EKG
6.
Tes toleransi glukosa
(Doenges, Marilyn E, 2000)
I.
Penatalaksanaan
Ulkus
kornea adalah keadan darurat yang harus segera ditangani oleh spesialis mata
agar tidak terjadi cedera yang lebih parah pada kornea.Pengobatan pada ulkus kornea
tergantung penyebabnya, diberikan obat tetes mata yang mengandung antibiotik,
anti virus, anti jamur, sikloplegik dan mengurangi reaksi peradangan dengann
steroid.
1.
Penatalaksanaan ulkus kornea di rumah
a. Jika memakai lensa kontak,
secepatnya untuk melepaskannya
b. Jangan memegang atau menggosok-gosok
mata yang meradang
c. Mencegah penyebaran infeksi dengan
mencuci tangan sesering mungkin dan mengeringkannya dengan handuk atau kain
yang bersih
d. Berikan analgetik jika nyeri
2.
Penatalaksanaan medis
a. Pengobatan konstitusi
Oleh
karena ulkus biasannya timbul pada orang dengan keadaan umum yang kurang dari
normal, maka keadaan umumnya harus diperbaiki dengan makanan yang bergizi,
udara yang baik, lingkungan yang sehat, pemberian roboransia yang mengandung
vitamin A, vitamin B kompleks dan vitamin C. Pada ulkus-ulkus yang disebabkan
kuman yang virulen, yang tidak sembuh dengan pengobatan biasa, dapat diberikan
vaksin tifoid 0,1 cc atau 10 cc susu steril yang disuntikkan intravena sehingga
suhu badan akan naik, tetapi jangan sampai melebihi 39,5°C.
b.
Pengobatan lokal
Benda
asing dan bahan yang merangsang harus segera dihilangkan.Lesi kornea sekecil
apapun harus diperhatikan dan diobati sebaik-baiknya.Konjungtuvitis, dakriosistitis
harus diobati dengan baik. Infeksi lokal pada hidung, telinga, tenggorok, gigi
atau tempat lain harus segera dihilangkan. Infeksi pada mata harus diberikan Sulfas
atropine, Skopolamin sebagai midriatika, analgetik, antibiotic,anti jamur, anti
Viral: IDU, ARA-A, PAA, interferon inducer.
Untuk
menghindari penjalaran ulkus dapat dilakukan :
1) Kauterisasi
2) Pengerokan epitel yang sakit
3) Keratoplasti
c. Tindakan bedah meliputi
1)
Keratektomi superficial tanpa membuat perlukaan pada
membrane Bowman.
2)
Tissue adhesive atau graft amnion multilayer
3)
Flap konjungtiva
4)
Patch graft dengan flap konjungtiva
5)
Keratoplasti tembus
6) Fascia lata graft
(Winarto, Sutedja SS, 2001)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar